Sepak bola di Indonesia tidak muncul begitu saja setelah kemerdekaan. Justru, akar olahraga paling populer ini sudah tumbuh subur sejak masa kolonial Belanda. Menurut catatan sejarah yang dilansir dari Good News From Indonesia, dua klub awal yakni Rood-Wit di Batavia (sekarang Jakarta) dan Vitoria di Surabaya menjadi tonggak awal perkembangan sepak bola tanah air.
Klub-klub yang lahir di masa penjajahan itu tak hanya mencerminkan gairah masyarakat terhadap olahraga, tapi juga mencerminkan semangat perjuangan, integrasi sosial antara kelompok etnis, dan keterlibatan kaum pribumi dalam ruang publik yang sebelumnya didominasi kaum kolonial.
PSM Makassar (1915)
Didirikan pada 2 November 1915 dengan nama Makassarsche Voetbal Bond, PSM Makassar menjadi klub pertama yang memberi ruang bagi pemain pribumi, Tionghoa, dan Belanda dalam satu tim. Nama klub berubah menjadi Persatuan Sepak Bola Makassar saat Jepang menduduki Indonesia.
Periode 1926 hingga 1940 menjadi masa kejayaan mereka. Lebih dari seabad kemudian, mereka tetap relevan — membuktikannya dengan menjuarai Liga 1 musim 2022–2023. Pemain-pemain seperti Hilmansyah dan Victor Luiz menjadi bagian dari generasi penerus kejayaan klub.
PPSM Magelang (1919)
Sebagai klub tertua di Pulau Jawa, PPSM Magelang berdiri pada 15 Maret 1919 dengan nama Indonesische Voetbal Bond Magelang. Klub ini aktif dalam pembentukan PSSI bersama klub-klub lain seperti PSIM Yogyakarta dan PSIS Semarang.
Meski tak banyak berkiprah di kasta tertinggi, PPSM sempat mengejutkan publik saat menembus semifinal Piala Indonesia 2012. Hingga kini, eksistensinya masih dijaga lewat kompetisi kasta bawah.
Persis Solo (1923)
Persis Solo lahir pada 8 November 1923 dengan nama Vorstenlandsche Voetbal Bond, hasil inisiatif tokoh-tokoh lokal seperti Sastrosaksono dan Raden Ngabehi Reksohadiprodjo. Nama Persis Solo dipakai usai momen bersejarah Sumpah Pemuda.
Sebagai bagian pendiri PSSI, Persis punya kontribusi besar dalam sepak bola nasional. Klub ini sempat bermain di Divisi Utama tahun 2007 dan menjadi juara Liga 2 pada musim 2021–2022.
Persisam Samarinda → Bali United (1925)
Awalnya adalah tim Perserikatan dari Samarinda yang berdiri tahun 1925. Klub ini lalu menjadi Persisam Putra Samarinda usai merger dengan Putra Samarinda. Di masa keemasannya (2009–2010), klub ini berlaga di Superliga Indonesia.
Namun, pergolakan internal dan perpindahan kepemilikan menyebabkan tim ini berpindah markas ke Bali pada 2015 dan bertransformasi menjadi Bali United. Kini, klub ini menjadi kekuatan baru sepak bola nasional.
Persiwa Wamena (1925)
Didirikan pada 1925, Persiwa Wamena pernah menjadi harapan dari wilayah timur Indonesia. Mereka nyaris mencetak sejarah besar saat menjadi runner-up Indonesia Super League 2008 dan lolos ke Piala AFC 2010.
Namun, keterbatasan dana dan fasilitas membuat klub ini merosot ke Liga 3, bahkan sempat didiskualifikasi pada musim 2015.
Persekap Pasuruan (1926)
Klub asal Pasuruan, Jawa Timur, ini berdiri pada 1926 dan bermarkas di Stadion Untung Suropati. Julukan mereka adalah Laskar Untung Suropati.
Persekap mencetak prestasi besar saat menjadi juara Divisi Satu Liga Indonesia 2012. Kini, mereka terus berjuang dari Liga 3.
Persebaya Surabaya (1927)
Resmi berdiri pada 18 Juni 1927 dengan nama Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond, Persebaya aktif membidani kelahiran PSSI. Klub ini beberapa kali mengalami perubahan nama — menjadi Persibaja saat masa Jepang, dan akhirnya menjadi Persebaya sejak 1960.
Persebaya menjadi ikon sepak bola nasional dengan enam gelar juara di era perserikatan. Klub ini sempat vakum akibat konflik dualisme dan sempat menjadi Bhayangkara FC. Namun, pada 2017 mereka resmi kembali menggunakan nama Persebaya dan sejak 2018 stabil di Liga 1.
Persija Jakarta (1928)
Didirikan pada 28 November 1928 sebagai Voetbalbond Indonesia Jacatra, klub ini menjadi simbol kebanggaan ibu kota dan dikenal dengan julukan Macan Kemayoran.
Persija berjaya lima kali di era perserikatan dan meraih gelar Liga Indonesia pada 2001 serta 2018. Di level internasional, mereka menjuarai beberapa turnamen di Brunei dan Vietnam, menunjukkan kekuatan mereka di Asia Tenggara.
PSBI Blitar (1928)
PSBI Blitar berdiri pada 8 Desember 1928 dan bermarkas di Stadion Gelora Penataran. Meskipun punya sejarah panjang, klub ini kini berlaga di Liga 3 dan belum mampu menembus level nasional secara konsisten.
PSP Padang (1928)
Salah satu klub tertua dari Sumatra Barat, PSP Padang awalnya bernama Sport Vereniging Minang dan sempat berubah nama menjadi Voetbalbond Padang en Omstreken.
Prestasi puncak mereka terjadi saat menjuarai turnamen HUT PSSI tahun 1982. Kini, mereka berkompetisi di Liga 3, namun tim U-15 mereka sempat mencuri perhatian dengan menjuarai Piala Soeratin 2020.
Klub-klub ini menjadi bukti bahwa sepak bola Indonesia memiliki sejarah panjang yang mengakar kuat sejak sebelum kemerdekaan. Meski sebagian dari mereka kini berjuang di kasta bawah, warisan dan kontribusi mereka tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah olahraga tanah air. Nama-nama seperti PSM Makassar, Persebaya, dan Persija bukan hanya simbol sepak bola, tetapi juga bagian dari perjalanan bangsa.
